Semilir Hangat Kintamani , Mandi Kenikmatan Surgaloka, Bagian 2
Kemesraan mereka di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, Radit menggandeng tangan Udiyani dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan mencari penginapan di sekitar Kintamani yang memang sudah dekat dari cafe tersebut.
Tidak lama berselang Radit menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu cocok menurut mereka berdua.
Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan acara live accustic musik.
Sengaja Radit memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena ia juga pemain musik di cafe yang posisinya di band pemegang rythm sekaligus vokal.
Setelah urusan dengan resepsionist selesai, Radit mengajak Udiyani berjalan ke arah kamar.
Baca BAB Sebelumnya;
• Asmara Terlarang Bu Guru Lisa
Kamar mereka sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram. Di dalam kamar Radit langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan mereka dari denpasar sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.
"Mas.. Aku mau mandi dulu yah," katanya.
"Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya," sahutnya lagi.
"Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng," godaku.
"Boleh.. Siapa takut.." tantangnya kemudian.
Radit dengan berlari kecil mengejar Udiyani yang sudah sampai di depan kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, ia langsung membuka kaos nya dan hanya mengenakan cel4na pendek.
"Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus" katanya kemudian.
"iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?"tanya Udiyani mesra.
"Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower," katanya lagi.
"Muachh.." seketika Udiyani m3ng3cup b1b1rRadit lembut.
"Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku," sahutnya lagi.
Radit Dengan lembut mulai membuka seragam SMU Udiyani yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya ia buka kancing atasnya secara perlahan, sambil memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona. Setelah kancing kedua Radit buka, maka terpampanglah keindahan berat bukan beban yang berukuran36bitu mencuat keluar kontras denganbranyayang berwarna hitam.
Kamar mereka sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram. Di dalam kamar Radit langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan mereka dari denpasar sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.
"Mas.. Aku mau mandi dulu yah," katanya.
"Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya," sahutnya lagi.
"Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng," godaku.
"Boleh.. Siapa takut.." tantangnya kemudian.
Radit dengan berlari kecil mengejar Udiyani yang sudah sampai di depan kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, ia langsung membuka kaos nya dan hanya mengenakan cel4na pendek.
"Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus" katanya kemudian.
"iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?"tanya Udiyani mesra.
"Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower," katanya lagi.
"Muachh.." seketika Udiyani m3ng3cup b1b1rRadit lembut.
"Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku," sahutnya lagi.
Radit Dengan lembut mulai membuka seragam SMU Udiyani yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya ia buka kancing atasnya secara perlahan, sambil memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona. Setelah kancing kedua Radit buka, maka terpampanglah keindahan berat bukan beban yang berukuran36bitu mencuat keluar kontras denganbranyayang berwarna hitam.
Baca Juga :
Radit menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembarimengecupkecil bukit kura-kura yang lembut.
Tinggallah rok abu-abunya yang belum ia sentuh. Sesaat Radit mengecup kembali b1b1rnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah. Kembali dengan perlahan Radit membukar ok Udiyani, yangterawali dengan menurunkan ziper di belakangnya.
"Srett.." bunyi ziper roknya ketika diturunkan.
Sekali rengkuh, terlepaslahkain itu jatuh menyentuh lantai. Udiyani saat itu mengenakan C^Dwarna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputanhitam lebat melalui renda C^dnya.
Kedua tangan Radit melanjutkam menurunkan C^D^hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuatnya menelan ludah beberapa saat dan membuat tugu momasberdiri tergoda.
Radit begitu lembut mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Kemudian dilanjutkan dengan mulai menyabuni punggung, pinggulnya, serta betisnya yang jenjang. Udiyani menggelinjang pelan.
"Ohh.. Mas.." d4s4hnya pelan.
Setelah bagian belakang selesai ia sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat tugusemakin menggelegak. Ia mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena ia tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Udiyani.
Perlahan tangannya mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tangankyang penuh dengan busa sabun. Terkadang terdengar des4han lembut Udiyani yang menikmati setiap gerakan tangannyagggyang menelusuri permukaan kulit halusnya.
"Ohh.. Mas...."
Kemudian tangannya bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di lembah gunung sekaligus kebatu mutiarayang mulai menonjolkeras. Sengaja gerakan tangannya di dadanya sedikit melambat, hal ini ia lakukan sekaligus menyabuni secara lembut.
Kembali desahan lembut terdengar
"Ohh.. Mas.. Teruskan"d4s4hnya dengan mata terpejam.
Setelah cukup bermain di bagian d4d4nya, kembali tanganbergerak turun ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan berakhir di daerah yang berbululebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi.
Ia menuangkan sedikit shampoo ke tangan, kemudian melanjutkan dengan menggosok dengan lembut dibawah sana.. Sesekali tangannya menyentuh inti permata lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Udiyani.
"Ssshshshshsh.." desisnya pelan.
Tak lama ia lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanyayang mulus. Ia menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu. Setelah semua bagian tubuh Udiyani penuh dengan busa sabun, kembali ia menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaantubunya untuk tahap akhir.
"Thanks ya.. Mas.. sudah di manjain," katanya pelan.
"Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu," jawabnya mesra.
Kemudian ia memeluk tubuh Udiyani mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran bathtub.Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh, aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu kakinya di pinggiran bathtub. L1d4hnyam3ncvmbv seluruh permukaan kakinya yang kemudian, menghisap lembut jemari kakinya yang lentik dan wangi itu.
Udiyani terpejam menerima perlakuannyayang begitu lembut, sehingga melambungkan na
4f svnya yang memang sudah sangat ter4ngs4ng sejak awal. L1d4h nyabegerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus. Gerakan itu semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkalp4h4nya. Ia menjulurkan l1d4hnya kembali ke arah lekukan pangkal dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Udiyani menerima sentuhan.
Kedua tangannya mulai menyibak bunga mawar yang aromanya khas sekali, dan kemudianiajulurkan l1d4hnya yang basah ke permukaan mutiapelan. Kembali tubuh Udiyani mengelinjang pelan penuh kenikm4tan menerima perlakuan itu.
"Hekk.. Sshh.. Mas," desahnya tak teratur.
Ia tahu kalau Udiyani begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual.Selanjutnya dengan gerakan mantap iamenerobos dibawah sana yang mulai basah. Tiba-tiba gerakan tangan Udiyani begitu cepat merengkuh belakang kepalanya dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan sana.
"Ohh.. Mas.. Aku mau keluar," teriaknya kecil.
Tanpa berhenti gerakan itu terus menerobos semakin ke dalam dan ini menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan teriakannya yang panjang.
"Ohh.. Mass.." Udiyani mendesah lembut.
Setelah mencapai puncakyang kesekian kalinya, ia memberikan kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak, sambil ia berdiri menutup kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian Radit berjalan ke pinggiran bathtub dan duduk disamping Udiyani untuk mencumbunya kembali.
Perlahan tubuh Udiyani merosot ke bawah ke arah kebanggaan cowok itu dan dengan gerakan lembut mulutnya melahap ujungnyayang memang sudah sangat keras daripermainanawal.
Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga mulut miliknya yang mungil. Ia mendesah lembut menerima perlakuannya itu
"Ohh.. Sayang.. Enak sekali...."
Selanjutnya dengan lembut iaangkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya untuk membelakangi, Dengan lembut tmerematangannyasgunung dari belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk.
Udiyani melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang meriam dan mengarahkannya tepat sasaran.
Perlahan Udiyani menurunkan pinggulnya secara lembut, maka melesaklah dan tidak bisa dihentikan.
"Ohh.. Shhss," desah kami berbarengan.
Pertempuran dimulai, gempuran demi gempuran, tidak terkendali.
"Ssshh...."
Sementara tangan kanannya menarik wajahnya mendekat ke wajah Radit, m3ngvlvmb1birnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut.
Udiyani tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama dengan gerakan pinggulyang menghujam lebih dalam.
Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan merekasesekali terdengar. Dan ini menimbulkan kesan menakjubkan tersendiri. Setelah beberapa saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Udiyani bergetar dan semakin cepat gerakan pinggulnya.
"Mas.. Aku mau keluar," teriaknya.
"Kita keluarkan bersama sayang...." .
....... satu menkt ....mungkin lrbih......... "Aku keluar," teriak mereka bergetar, panjang dan senyap. Keduanya tepar bersamaan, banjir hanya tidak bandang.
Percinta4n mereka berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu pengunjungnya cukup ramai.
Selama makan malam berlangsung Radit memilih meja yang meghadap langsung ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung. Di atas meja Radit. nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam.
Malam itu semakin berkesan buat Udiyani, karena Radit menyumbangkan sebuah lagu karangannya di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang sengaja khusus buat kekasih hatinya, menjadi kenangan terindah. The End